Bercerita tentang Pengalaman yang Paling Mengesankan

Tidak ada pengalaman yang sia-sia. Ada pepatah mengatakan bahwa pengalaman adalah guru terbaik. Ini berarti kita dapat belajar dari pengalaman, baik pengalaman yang kita alami sendiri maupun pengalaman orang lain. Agar kamu dapat menceritakan pengalamanmu yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan ungkapan peribahasa yang menarik, kamu akan melakukan serangkaian aktivitas berikut: (1) mengamati contoh pengalaman yang mengesankan, (2) menemukan ciri pengalaman yang mengesankan, (3) memilih pengalamanmu yang paling mengesankan untuk kamu ceritakan, (4) membuat kerangka cerita, dan (5) menyampaikan cerita yang telah kamu susun kerangkanya tersebut secara lisan dengan memberdayakan ungkapan/peribahasa.

1. Mengamati Contoh Pengalaman yang Mengesankan
Kita dapat belajar mengungkapkan pengalaman yang mengesankan dengan membaca contoh berikut!

Pengalaman 1)
Watashiwa wa …

Aku bersemangat sekali ikut kursus bahasa Jepang di Surabaya karena di samping tertarik dengan huruf-hurufnya, kudengar tempat kursus yang kutuju juga mempunyai sensei (guru) orang Jepang. Hari itu kami masuk kelas dengan gembira. Pada saat awal kami diberitahu oleh petugas administrasi bahwa di kelas kami ada dua nama yang sama, yaitu: Joko Bagus. Oleh sebab itu, petugas kemudian menambahkan inisial A dan B pada akhir kedua nama itu.

Pelajaran pertama diisi oleh sensei dari Jepang. Dia mengajak kami untuk saling memperkenalkan diri dengan memberikan contoh. Pertama, dia mencontohkan dengan memperkenalkan diri sendiri. Setelah itu, dia melihat daftar presensi dan mulai membaca nama yang ada untuk contoh. Dia katakan: “Watashi wa Larasati des, dozoo yoroshiku”. Kami mengangguk-angguk tanda mengerti. Setelah itu dia membaca presensi lagi dan mengatakan, “Watashi wa, Joko Bagus Be des…” (baca: watashi wa joko bagus bedes) sampai di situ sontak kami tertawa riuh bahkan ada yang tertawa terpingkal-pingkal. Joko Bagus pun menggerutu dan bergumam dengan bahasa Suroboyo-an: “Aduuuh…mosok, bagus-bagus ngene dikira bedes, Rek” (‘Masak, cakep-cakep begini dikira kera.’), Tawa kami pun semakin meledak dan sensei kami akhirnya ikut tersenyum-senyum walaupun wajahnya terlihat bingung (KL, Ajisai, Vol.1, No.1, Oktober 2002 dalam Kisyani, 2004).

Pengalaman 2)

Perjuangan Menjadi Finalis Pildacil

Teman, namaku Trismunandar, kelas 5 SD. Aku ditunjuk oleh pihak sekolah untuk mengikuti Pildalcil, yaitu pemilihan dai cilik ke-3 di Lativi. Audisi di Yogyakarta dilaksanakan Januari lalu. Saat itu aku memilih tema tentang akhlak manusia. Aku grogi banget sampai lupa dan mengulang dua kali. Sebulan kemudian aku dipanggil kepala sekolah untuk mengikuti final Pildacil di Jakarta.
Teman, aku menangis sedih, karena aku buta dan membuatku tidak percaya diri. Rasa rendah diri terus menghantuiku. Aku takut, di Jakarta nanti tidak punya teman. Tapi, guru, teman-teman dan keluargaku terus memompa semangatku.

Didampingi ibu, aku berangkat ke Jakarta. Di tempat karantina aku merasa tidak kerasan dan meminta Ibu untuk mengajakku pulang saja ke rumah. Namun Ibuku dengan sabar terus menasihatiku.

Teman, ternyata dugaanku selama ini salah, keenam belas finalis lain selalu menghibur dan berkawan akrab denganku. Mereka tidak memandang sebelah mata terhadap keadaanku yang buta. Aku semakin kerasan dan tumbuh rasa percaya diriku. Aku juga semakin berani tampil di depan lensa kamera karena dibimbing kakak-kakak pembina. Setiap hari jadwal kegiatanku sudah ditentukan, seperti membaca materi, hapalan, kegiatan sosial, dan juga jalan-jalan lho!

Sebenarnya aku tidak memiliki pengalaman berceramah, paling-paling cuma menjadi pewara atau MC di sekolah. Pengalamanku menjadi anggota Junior Yaketonis Band sebagai pemegang keyboard dan sering diundang tampil di berbagai acara dan sekaligus memenangkan beberapa kejuaraan di Yogyakarta mudah-mudahan bisa menambah rasa percaya diriku dan doakan ya mudah-mudahan dapat mengantarku menjadi juara.

Aku menyesal telah meratapi keadaanku. Mudah-mudahan Allah mengampuni segala kekhilafanku ini. Amin

Dikutip dengan beberapa perubahan dari Mentari, Edisi 320 tahun XXIV 2006


Pelajaran Nenek Penjual Sapu

Seorang teman menceritakan kekagumannya pada seorang nenek yang mangkal di depan Pasar Godean, Sleman, Yogyakarta. Ketika itu hari Minggu, saat dia dan keluarganya hendak pulang usai silaturahmi bersama kerabat, mereka melawati pasar Godean. Ibu dari teman saya tergoda memebeli ayam goreng di depan pasar untuk sajian makan malam. Kebetulan hari mulai gelap.

Di samping warung ayam goreng tersebut ada seorang nenek berpakaian lusuh bak pengemis, duduk bersimpuh tanpa alas, sambil merangkul tiga ikat sapu ijuk. Keadaannya terlihat payah, lemah, dan tak berdaya. Setelah membayar ayam goreng, ibu teman saya bermaksud memberi Rp1.000,00 karena iba dan menganggap nenek itu pengemis. Saat menyodorkan lembaran uang tadi, tidak diduga si nenek malah menunduk kecewa dan menggeleng pelan. Sekali lagi diberi uang, sekali lagi nenek itu menolak.

Penjual ayam goreng kebetulan melihat kejadian itu kemudian menjelaskan bahwa nenek itu bukanlah pengemis, melainkan penjual sapu ijuk. Paham akan maksud keberadaan sang nenek yang sebenarnya, ibu teman saya akhirnya memutuskan membeli tiga sapunya yang berharga Rp1.500,00 per ikat, meskipun ijuknya jarang-jarang dan tidak bagus, ikatannya pun longgar.

Setelah menerima uang Rp5000,00 si nenek tampak ngedumel sendiri. Ternyata tidak punya kembalian. “Ambil saja uang kembaliannya,” kata ibu dari teman saya. Namun, si nenek ngotot untuk mencari uang kemablian Rp500,00. Dia lalu bangkit dan dengan susah payah menukar uang di warung terdekat.

Ibu teman saya terpaku melihat polah sang nenek. Sesampainya di mobil, ia masih terus berpikir, bagaimana mugnkin di zaman sekarang masih ada yang begitu jujur, mandiri, dan mempunyai harga diri yang begitu tinggi.
Sumber: Intisari, Agustus 2004



2. Menemukan Ciri Pengalaman yang Mengesankan
Setelah kamu membaca tiga contoh pengalaman tersebut, kemudian diskusikanlah jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut dalam kelompokmu masing-masing!
Pertanyaan Pemandu Diskusi
a. Apakah yang dimaksud dengan pengalaman mengesankan menurut kelompokmu?
b. Apakah pengalaman mengesankan itu dapat berisi peristiwa: lucu atau kocak, menyedihkan, menyenangkan, atau menegangkan?
c. Menurut kelompokmu manakah pengalaman yang mengesankan dari bacaan tersebut?
d. Berikan alasan mengapa mengesankan?
e. Aspek-aspek apa yang membuat kelompokmu terkesan?
f. Selain dari segi isi yang diceritakan, apakah pengalaman mengesankan juga dapat dilihat dari cara menceritakan dan bahasa yang digunakan?
g. Apakah penggunaan ungkapan atau peribahasa dapat menambah kemenarikan cerita tersebut?
h. Catatlah ungkapan atau peribahasa yang terdapat pada contoh-contoh itu dan temukan maknanya!

Pengalaman pribadi adalah peristiwa yang pernah dialami diri sendiri. Pengalaman pribadi yang mengesankan adalah peristiwa yang pernah dialami diri sendiri dan sulit dilupakan.

3. Mengidentifikasi Beragam Pengalaman yang Mengesankan
Setelah kamu mengamati beragam contoh pengalaman yang mengesankan tersebut, secara individual daftarlah beberapa pengalamanmu yang berkesan selama ini!

Contoh:
  • Kejutan di pesta ulang tahunku
  • Bajuku sama dengan baju temanku
  • Menerima surat dari teman sekelas
  • Memperoleh NUN tertinggi
  • Pandangan pertama yang tak bisa kulupakan
Pilihlah satu pengalaman yang menurutmu paling mengesankan untuk kamu ceritakan!

4. Menyusun Kerangka Cerita
Kembangkanlah kerangka cerita dari pengalaman yang telah kamu pilih tersebut dengan mengurutkan peristiwa-peristiwa yang kamu alami!

Contoh:
5. Menyampaikan Pengalaman secara Lisan
Ceritakanlah secara lisan pengalaman yang telah kamu susun kerangkanya tersebut! Perhatikan bagaimana kamu memulai cerita, mengembangkan inti cerita, dan mengakhiri cerita! Jangan lupa selipkan ungkapan atau peribahasa agar ceritamu menjadi lebih menarik/berkesan!
6. Menilai Kemampuan Menceritakan Pengalaman yang Mengesankan
Nilailah kemampuan temanmu yang sedang bercerita dengan menggunakan pedoman penilaian atau rubrik berikut!

Rubrik Penilaian Kemampuan Menceritakan Pengalaman

Komentar