Ekonomi Pertanian: Pendekatan Teori Makro Mikro, Pendekatan Produksi Konsumsi dan Pendekatan Positif Normatif

Ekonomi pertanian dapat diartikan sebagai penerapan teori ekonomi di bidang pertanian atau pendekatan ekonomi secara teoritis terhadap permasalahan-permasalahan di bidang pertanian (Ritson, 1977 dalam Peters, 1995). Pada prinsipnya kutipan ini memberikan gambaran bagaimana ekonomi pertanian diorganisasikan dan diajarkan di berbagai perguruan tinggi di seluruh dunia.

Meskipun pertanian polanya terus mengalami perubahan, program studi ekonomi pertanian sering kali ditempatkan dalam fakultas pertanian daripada dalam fakultas ekonomi. Implikasinya, para mahasiswa lebih difokuskan pada pengetahuan teknis tentang pertanian dan peternakan serta teori-teori dasar bidang pertanian. Selanjutnya, para dosen mengajarkan ilmu ekonomi agar mahasiswa dapat menerapkan teori ekonomi ke bidang pertanian. 

Dalam arti yang sempit, ilmu ekonomi dianggap relevan untuk keberhasilan pelaksanaan bisnis di bidang pertanian. Berdasarkan pandangan ini, para mahasiswa yang diarahkan untuk berprofesi sebagai ahli bidang pertanian, pengelola dalam bidang pertanian, pelaku agribisnis dan agropolitis, perlu memahami ilmu ekonomi untuk diterapkan secara lebih luas dalam bidang pertanian. Dengan kata lain, para mahasiswa perlu memahami "pendekatan teoritis terhadap permasalahan ekonomi pertanian".

Suatu mata kuliah disusun dan diajarkan berdasarkan pada kerangka dasar pengetahuan yang mengarah pada teori. Ada kalanya mahasiswa mempelajari teori (ilmu) murni dan pada saat yang lain mereka mempelajari teori yang diaplikasikan untuk memecahkan permasalahan tertentu (ilmu terapan). Dalam ekonomi pertanian, harus dipahami terlebih dahulu konsep-konsep atau teori ekonomi sebelum menggunakannya untuk memecahkan permasalahan di bidang pertanian. Perlu diketahui bahwa ilmu terapan mempunyai kegunaan yang lebih terbatas dibandingkan ilmu murni.

Teori merupakan kerangka pengetahuan umum yang berusaha menggambarkan fenomena tertentu. Teori dibangun melalui observasi (pendekatan induktif) dan pemikiran logis (pendekatan deduktif). Teori merupakan abstraksi dari dunia nyata (fakta). Kebenaran suatu teori adalah bagaimana teori tersebut dapat menggambarkan fakta dengan baik dan bagaimana kegunaan teori tersebut dalam memecahkan permasalahan dalam dunia nyata. Penggunaan kedua teori pendekatan ini dalam kerangka pengujian kebenaran teori secara ilmiah disajikan di Gambar berikut.

Gambar. Pendekatan Deduktif Induktif dalam Kerangka Teori
Gambar. Pendekatan Deduktif Induktif dalam Kerangka Teori


Dalam usahanya menggambarkan fenomena tertentu, terdapat adanya keterbatasan yang mungkin disebabkan oleh keterbatasan yang melekat pada teori yang akan digunakan maupun keterbatasan pengguna. Keinginan mahasiswa untuk memahami perilaku manusia secara individual dalam rangka memenuhi kebutuhannya dibatasi oleh pemahaman mahasiswa itu sendiri tentang ilmu ilmu ekonomi. Para ahli teori ekonomi juga sering kali dibatasi oleh kemampuan mereka dalam mengukur variabel-variabel ekonomi secara akurat. Sebagai contoh: bagaimana teori mengukur kepuasan? 

Mengukur variabel ini tidak semudah mengidentifikasi dan mengukur variabel dalam penelitian yang dilakukan di laboratorium. Pengamatan tentang perilaku manusia akan memberikan hasil yang umumnya berbeda dengan perilaku manusia yang sebenarnya (cenderung bias).

Untuk memperkecil bias yang terjadi dan untuk mempermudah penerapan teori ke dalam kehidupan nyata yang kompleks, diperlukan asumsi. Untuk menyederhanakan situasi dan hubungan yang kompleks, ilmuwan sering menggunakan asumsi-asumsi. Ahli fisika biasanya menggunakan asumsi "ruang hampa" dalam berbagai kegiatan penelitian mereka. Ahli ekonomi mengasumsikan bahwa tujuan suatu bisnis adalah memaksimumkan keuntungan. 

Tujuan dari penggunaan asumsi adalah untuk mengurangi jumlah variabel yang diteliti sehingga lebih mudah untuk menentukan hubungan di antara variabel yang diamati. Karena ahli ilmu sosial jarang atau hampir tidak pernah melakukan penelitian di laboratorium seperti yang banyak dilakukan oleh ahli ilmu eksakta (misalnya fisika dan biologi) di mana variabel-variabel yang diamati lebih terukur dan bisa dikondisikan, maka ahli ilmu sosial membuat lebih banyak asumsi dibandingkan ahli ilmu eksakta.

Selain pendekatan induktif dan deduktif yang banyak digunakan dalam disiplin ilmu pada umumnya, ekonomi pertanian juga menggunakan pendekatan yang biasa digunakan dalam ilmu ekonomi, yaitu: 1) mikro-makro sebagai bagian utama dari ilmu ekonomi umum, 2) konsumsi produksi yang merupakan kegiatan pokok yang dilakukan dua pelaku utama dalam perekonomian yang paling sederhana, dan 3) positif normatif sebagai pendekatan yang biasa digunakan dalam ilmu ekonomi umum. 

Berikut ini akan dijelaskan mengenai 3 pendekatan-pendekatan tersebut.



1. Pendekatan Mikro Makro

Dua bagian pokok dari ilmu ekonomi adalah mikro ekonomi dan makro ekonomi. Dalam dua bidang ilmu ini, ahli ekonomi mengamati dan mempelajari kegiatan-kegiatan ekonomi baik individu maupun kelompok. Dalam mikro ekonomi, dipelajari kegiatan konsumen dan produsen secara individual serta pasar yang merupakan interaksi antara konsumen dan produsen. Sedangkan makro ekonomi memperhatikan unit ekonomi sebagai suatu keseluruhan, yang menghadapi permasalahan yang lebih luas seperti pendapatan nasional (national income), kesempatan kerja (employment), tabungan (savings), investasi (investment) dan inflasi (inflation). 

Secara umum, ahli ekonomi pertanian mempelajari pengorganisasian bisnis di bidang pertanian secara individual dalam penggunaan sumber daya yang optimal. Konsekuensinya, pengajaran mata kuliah ekonomi pertanian lebih ditekankan pada pendekatan mikro ekonomi, Tetapi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti saat ini, berbagai sektor ekonomi mempunyai keterkaitan yang erat sehingga permasalahan makro seperti kesempatan kerja, inflasi dan investasi mempunyai dampak yang besar terhadap petani dan pelaku agribisnis.

Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa yang mempelajari ekonomi pertanian untuk memahami tidak hanya bagaimana mengorganisasikan suatu bisnis untuk memperoleh penerimaan yang optimum tetapi juga bagaimana pengaruh perubahan perekonomian secara keseluruhan terhadap keputusan-keputusan ekonomi dalam bisnis di bidang pertanian.


2. Pendekatan Konsumsi Produksi

Dalam ilmu ekonomi, terdapat dua aspek yang sangat penting berkaitan dengan pelaku kegiatan ekonomi pokok yaitu konsumen dan produsen. Keduanya mempunyai hubungan yang tidak terpisahkan dan saling tergantung satu sama lain. Produsen menghasilkan (produksi) barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan konsumen dalam konsumsi.

Konsumsi konsumen bergantung pada produksi produsen atas barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan konsumsi dan keinginannya. Dua aspek ini penting dalam ilmu ekonomi karena perilaku masing-masing akan menentukan karakteristik pasar melalui konsumsi permintaan oleh konsumen dan penawaran produksi oleh produsen. Bagi para ahli pertanian yang lebih menekankan pada ekonomi produksi pertanian (sisi produksi) akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan bagaimana petani atau pelaku agribisnis memahami keinginan (konsumsi) atau preferensi konsumen atas produk-produk pertanian yang akan mereka hasilkan. Interaksi kedua pelaku utama ini dalam perekonomian yang sederhana disajikan pada Gambar berikut.

Gambar . Interaksi Konsumen dan Produsen
Gambar . Interaksi Konsumen dan Produsen



3. Pendekatan Positif Normatif

Menurut pendekatan ekonomi positif, ahli ekonomi membuat laporan mengenai apa yang ditemukannya tanpa membuat penilaian apakah temuannya tersebut baik atau buruk. Dalam pendekatan ini ahli ekonomi hanya menentukan alternatif-alternatif penyelesaian masalah tanpa mencoba untuk mengidentifikasi alternatif mana yang terbaik. Dengan demikian pendekatan ekonomi positif menghindari adanya penilaian (positif).

Menurut pendekatan ekonomi normatif, ahli ekonomi dapat membuat penilaian mengenai fakta ekonomi yang diamati. Hasil pengamatan yang menunjukkan bahwa pendapatan usaha tani lebih rendah daripada pendapatan di luar usaha tani merupakan ekonomi positif. Kesimpulan hasil penelitian bahwa pendapatan usaha tani berdasarkan pengamatan lebih rendah daripada pendapatan usaha tani yang seharusnya merupakan ekonomi normatif. Sehingga normatif lebih kepada penilaian (aspek normatif atau sisi normatif).