Wayang Kayon

Wayang kayon
Wayang kayon juga disebut wayang gunungan, karena bentuknya yang mirip sebuah gunung. Wayang tersebut adalah ciptaan Kanjeng Sunan Kalijaga tokoh wali zaman keraton Demak. Hasil daya cipta tersebut tersirat suatau ungkapan bergeloranya semangat yang menuju ke satu cita-cita demi keselamatan jiwa manusia untuk dapat terhindar dari bencana karena nafsu yang tak terkendalikan, dengan mensucikan diri berdasarkan ke-Imanan. Ungkapan tersebut kecuali tersirat pada susunan Candrasengkala yang diperuntukkan sebagai data tahun di buatnya wayang kayon itu, yang berbunyi: “Geni dadi sucining jadad” (th. 1443 C), juga sesuai dengan waktu sedang bergeloranya penyebarluasan agama Islam yang dipelopori oleh para Wali. Kata-kata “kayon” berasal dari bahasa Arab “Al Khayu” yang artinya hidup, atau berasal dari bahasa kawi “Kayun” yang artinya karsa/karep/kehendak, atau keinginan. Dengan demikian kata-kata kayon sedikit banyak telah mengungkapkan pula tujuan atau maksud yang terkandung di dalam bentuk wayang tersebut, sehingga dengan adanya kayon maka dapat diambil kesimpulan bahwa siapapun yang masih mempunyai keinginan berarti masih mempunyai kehidupan.

Berbeda dengan wayang-wayang lainnya, wayang kayon adalah sebuah wayang yang penuh dengan beraneka macam gambar/pahatan yang diterapkan sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah bentuk perwujudan yang indah dan serasi dengan pewarnaan merah kehitam-hitaman atau gambar api yang berkobar, dan atau air samudra yang kibiru-biruan.

Pada saat kayon belum bergerak tanda belum ada kehidupan dan sebaliknya pada saat kayon bergerak tanda sudah ada kehidupan. Isi kayon (isen-isen kayon) ada tujuh bagian. Tujuh bagian tersebut dalam kehidupan melambangkan jumlah hari yaitu minggu, senin, selasa, rabu, kamis ,jumat, sabtu dan juga dilengkapi dengan kebutuhan sehari-hari. Di samping tujuh bagian tersebut sama dengan jumlah hari, akan tetapi sesuai dengan wujud pada kayon, maka bagian-bagian tersebut juga berarti isi yang ada pada kayon. Isen-isen tersebut adalah pohon, binatang, samudra, gapura, penjaga, warna-warni cahaya, gapit.

Pohon dengan dahan-dahan yang bercabang-cabang beserta daun dan bunganya, penuh dengan binatang dan jenis unggas atau burung yang hinggap di pohon. Di bawah pohon digambarkan adanya berbagai binatang buas seperti macan, banteng dan lainnya. Ada pula yang diberikan seekor ular besar (ular naga) yang melilit pada pokok pohon. Adapun tafsir mengenai gambar pohon pada wayang kayon baik dari segi nama atau sebutan maupun arti yang terkandung di dalamnya, antara lain pohon hidup yaitu sumber hidup, pohon kebahagiaan yaitu sumber kebahagiaan, pauh jenggi/puh jenggi yaitu sumber keagungan, waringin sungsang yaitu sumber hidup berada di atas, kalpataru adalah sumber/induk keagungan/ keluhuran, pohon purwaning dumadi adalah sumber asal mula makluk hidup, pohon sangkan paran yaitu sumber asal dan tujuan hidup. Adapun tafsir mengenai pohon dengan lilitan seekor ular adalah sebagai lambang badan jasmani dan rohkhani yang bersatu, yang diibaratkan sebagai kayu mati rinambatan hardawalika.

Gambar binatang dan unggas atau burung-burung yang bermacam-macam adalah menggambarkan macam tingkatan hidup yang terdapat di dunia ini. Di bawah pohon terdapat gambar kolam/beji sebagai lambang air, yaitu salah satu anasir terjadinya manusia. Pada bagian bawah wayang kayon terdapat pintu gerbang. Gambar pintu gerbang tersebut menggambarkan pintu masuk ke alam kebahagiaan abadi, yaitu akhir sebuah kehidupan yang menjadi tujuan setiap manusia yang hidup di alam ini.

Yang dimaksud penjaga adalah dua raksasa di sebelah kanan dan sebelah kiri gapura yang bersenjatakan pedang dan perisai. Hal tersebut menggambarkan nafsu manusia. Untuk dapat memasuki gapura haruslah melalui dan mengalahkan kedua penjaga pintu yang terdiri dari dua raksasa sebagai lambang nafsu indria.

Warna yang ada di sisi lain diantaranya adalah warna merah sebagai lambang api, warna biru melambangkan air warna hitam atau coklat melambangkan tanah, dan lain-lainya. Dengan demikian pada wayang kayon terdapat gambar-gambar yang dimaksudkan untuk menggambarkan atau sebagai lambang keempat anasir yang menyangkut terjadinya manusia. Keempat anasir tersebut adalah tanah, api, air dan angin (bumi, geni, banyu lan angin).

Gapit adalah tangkai untuk pegangngan pada wayang agar wayang dapat digerakan menurut kebutuhan serta dapat berfungsi seperti apa yang diinginkan. Gapit pada wayang kayon melambangkan daya berpikir manusia pada saat hidup di dunia bahwa manusia hidup di wajibkan untuk berusaha sesuai dengan kemampuan masing- masing agar tercapai apa yang di harapkan dan dicita-citakan.

Komentar