Hakikat Manusia sebagai Makhluk Sosial dan Ekonomi yang Bermoral

1. Manusia sebagai Makhluk Sosial yang Bermoral

Manusia sebagai makhluk hidup, secara sadar ataupun tidak sadar akan membutuhkan orang lain. Tiada satu pun manusia yang dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan manusia lainnya. Hubungan sesama manusia tersebut mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Berkenaan dengan hal tersebut, Aristoteles (filsuf Yunani) menyatakan bahwa manusia adalah zoon politicon, yaitu makhluk bermasyarakat. Artinya, manusia tidak dapat hidup tanpa ada manusia lain. Karena itulah, manusia dikatakan sebagai makhluk sosial.

Manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.
Manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.
Selanjutnya, cobalah kamu perhatikan contoh-contoh kegiatan manusia berikut ini yang berkaitan dengan kenyataan bahwa manusia sebagai makhluk sosial.

a. Bayi yang lapar atau haus akan langsung menangis. Bayi tersebut membutuhkan pertolongan ibunya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Bayi menangis karena lapar dan haus.
Bayi menangis karena lapar dan haus.


b. Seorang anak usia Taman Kanak-kanak membutuhkan bantuan ibunya ketika akan mengenakan pakaian.
c. Apabila sudah tumbuh besar, seorang anak akan memerlukan teman untuk bermain, dan lain-lain.

Semakin dewasa, seorang manusia akan membutuhkan manusia lainnya, baik secara individu maupun berkelompok. Dengan hidup berkelompok, manusia akan semakin mudah untuk mengatasi dan menghadapi berbagai tantangan hidup. Dengan bekerja sama antara sesama manusia, maka manusia tersebut akan lebih mudah untuk dapat memenuhi berbagai macam kebutuhan hidupnya.

Manusia sebagai makhluk yang bermoral ketika melakukan berbagai kegiatan hidup selayaknya harus mengindahkan norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam bermasyarakat. Sebab, apabila seseorang tidak mematuhi norma dan nilai tersebut, umumnya ia akan dikucilkan dalam hidup bermasyarakat. Bahkan mungkin saja akan dikatakan tidak bermoral, contohnya jika seseorang berbuat sewenang-wenang terhadap orang lainnya.

2. Manusia sebagai Makhluk Ekonomi yang Bermoral

Sejak awal manusia merupakan individu atau kelompok yang tidak lepas dari kebutuhan, walaupun kebutuhan ini hanya sebatas makan dan minum serta pakaian yang sederhana. Kebutuhan sederhana itu hanya memanfaatkan segala sesuatu yang tersedia dari alam, seperti kegiatan berkebun, berburu, menangkap ikan di laut atau di sungai, dan sebagainya.

Pada awalnya, kegiatan perekonomian tidak mempunyai susunan atau struktural yang teratur. Namun, setelah peradaban manusia berkembang dan semakin meningkatnya kebutuhan hidup, maka mulailah manusia mempelajari bagaimana cara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, atau bagaimana usaha-usaha untuk mencapai kemakmuran.

Berkenaan dengan hal di atas, lahirlah ilmu ekonomi yang pertama kali diperkenalkan oleh Xendphon seorang bangsa Yunani. Kata ekonomi berasal dari kata oikos dan nomos atau oikosnomos atau oikonomia yang artinya aturan rumah tangga. Contohnya rumah tangga keluarga, rumah tangga organisasi, rumah tangga perusahaan, dan rumah tangga negara.

Manusia tidak pernah lepas dari kegiatan ekonomi.
Manusia tidak pernah lepas dari kegiatan ekonomi.
Apakah ilmu ekonomi itu? Banyak para ekonom yang menyampaikan definisi ilmu ekonomi. Prof. Dr. JL. Mey, Jr., mengatakan ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari usaha manusia ke arah kemakmuran. Albert Meyers mengatakan ilmu ekonomi adalah ilmu pengetahuan yang mempersoalkan kebutuhan dan pemuas kebutuhan manusia. Kemudian, Friedrich List menyatakan perekonomian suatu bangsa akan mempengaruhi terhadap kebudayaan, kemakmuran, politik dan kekuasaan yang bersangkutan, serta dengan makin meningkatnya perkembangan perekonomian bangsa, maka semakin cerdas dan kuat bangsa itu.

Timbulnya permasalahan ekonomi dalam kehidupan manusia berkaitan erat dengan kenyataan adanya ketidakseimbangan antara jumlah barang dan jasa (sumber daya) dengan kebutuhan manusia. Untuk mengatasi permasalahan dalam ekonomi itu diperlukan pemikiran-pemikiran dan upaya-upaya penyediaan atau pengadaan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan. Adapun upaya-upaya manusia tersebut antara lain berikut ini.

a. Manusia bekerja sebagai petani yang mengolah tanah pada sawah untuk menghasilkan padi.

Mengolah ladang pertanian merupakan upaya penyediaan kebutuhan.
Mengolah ladang pertanian merupakan upaya
penyediaan kebutuhan.

b. Manusia sebagai pembuat barang, seperti membuat makanan, mainan, dan pakaian. Kegiatan itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dengan tujuan mencari keuntungan.
c. Seseorang bekerja sebagai karyawan atau buruh untuk memperoleh imbalan jasa yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan.

Pekerja atau buruh merupakan upaya penyediaan kebutuhan. (Sumber:Kompas)
Pekerja atau buruh merupakan upaya penyediaan
kebutuhan. (Sumber:Kompas)


Upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan akan barang dan jasa merupakan perilaku manusia yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi. Berkenaan dengan hal itu, manusia dikatakan sebagai makhluk ekonomi atau homo economicus. Sebagai makhluk ekonomi, manusia akan berupaya memenuhi kebutuhan hidupnya dengan mempertimbangkan pikiran yang rasional, menghormati adat dan etika, pranata sosial dan lain-lain. Apabila manusia memenuhi kebutuhan hidupnya tidak saja memikirkan kepentingan pribadi, melainkan memikirkan pula kepentingan orang lain, maka ia merupakan makhluk ekonomi yang bermoral.

Hakikat manusia.
Hakikat manusia.