Menyusun Laporan Diskusi

Diskusi, merupakan pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran, dilakukan untuk membicarakan atau membahas suatu permasalahan dengan maksud untuk mencari solusi atau penyelesaian dari permasalahan yang sedang dibahas. Agar hasil dari diskusi yang telah dilakukan diketahui banyak orang, maka disusunlah laporan hasil diskusi. Pada pelajaran kali ini kamu akan belajar untuk menyusun laporan diskusi yang telah dilakukan.

Laporan diskusi merupakan informasi tentang hasil dari pertemuan ilmiah yang telah dilakukan dalam bentuk format tertulis. Laporan diskusi itu tidak hanya memuat rumusan hasil dari pendiskusian yang telah dilakukan, melainkan mulai dari topik diskusi yang dilaksanakan sampai lampiran peserta diskusi yang hadir. Perhatikan contoh format penulisan laporan diskusi berikut!

Format Laporan Pelaksanaan Diskusi


A. Topik Diskusi

Berisi konkretisasi topik yang diangkat dalam diskusi.

B. Latar Belakang

 Berisi alasan tentang pentingnya mengadakan diskusi dengan topik tersebut.

C. Tujuan

 Berisi tentang apa yang menjadi tujuan diskusi.

D. Manfaat

 Berisi tentang apa manfaat diadakannya diskusi.

E. Pelaksanaan Diskusi

 1. Peserta Diskusi

 a. Penyaji Materi 1:
   (1) Nama (sebutkan nama pembicara 1)
   (2) Judul Materi Diskusi 1 (sebutkan judul materi pembicara 1)

 b. Penyaji Materi 2:
   (1) Nama (sebutkan nama pembicara 2)
   (2) Judul Materi Diskusi 2 (sebutkan judul materi pembicara 2)

c. Moderator : (sebutkan nama moderator)
d. Penulis : (sebutkan nama penulis/notulis)
e. Peserta : (sebutkan jumlah peserta)

2. Jadwal dan Acara Pelaksanaan Diskusi

Berisi tentang jadwal pelaksanaan diskusi lengkap dengan susunan acaranya.

3. Susunan Panitia

Berisi tentang susunan panitia secara lengkap termasuk pelindung, pengarah, dan penanggung jawab.

4. Rumusan Hasil Diskusi

a. Pokok-pokok Gagasan pada Materi 1
Berisi tentang pokok-pokok gagasan pembicara 1 dalam beberapa kalimat yang singkat, padat, dan efektif.

b. Pokok-pokok Gagasan pada Materi 2
Berisi tentang pokok-pokok gagasan pembicara 2 dalam beberapa kalimat yang singkat, padat, dan efektif.

c. Rumusan Hasil Tanya-Jawab
Berisi tentang rumusan hasil tanya jawab secara ringkas dan padat (bukan tentang siapa dan bagaimana pertanyaannya serta siapa dan bagaimana jawabannya).

F. Kesimpulan

Berisi kesimpulan secara umum tentang jalannya diskusi. Kemukakan apakah tujuan yang dirumuskan di atas tercapai atau tidak. Jika ya, bagaimana hasilnya dan jika tidak berikan alasan-alasannya.

G. Saran dan Rekomendasi

Berdasarkan rumusan hasil diskusi perlu kamu kemukakan saran dan atau rekomendasi kepada pihak-pihak terkait tentang hal-hal yang harus dilakukan.

H. Biaya Pelaksanaan Diskusi

Kemukakan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan diskusi.

I. Lampiran
1. Materi Diskusi (makalah pembicara)
2. Catatan atau Notulen Diskusi (rekaman tanya-jawab dalam diskusi)
3. Daftar Hadir Peserta.


Latihan :
1. Lakukan perbandingan terhadap contoh format penulisan laporan diskusi di atas dengan format penulisan laporan diskusi yang sudah ada, baik dari diskusi kegiatan di sekolah atau kegiatan di luar sekolah! Tentukan pola yang terbaik menurutmu! Sertakan alasan argumentatif untuk mendukung penentuan yang telah kamu lakukan!

2. Baca dan pahami teks laporan pemberitaan berikut!

Peruri Palsu Menjamur

Kemajuan teknologi tidak selalu berdampak baik bagi masyarakat dan negara. Salah satu contoh adalah kemajuan teknologi di bidang percetakan. Kecanggihan dan kesempurnaan mesin cetak ternyata dapat disalahgunakan untuk mencetak uang dengan tingkat kesempurnaan di atas 90%.

Setahun yang lalu, seorang yang ingin membuat pabrik uang atau biasa disebut dapur, harus berinvestasi sampai Rp 200 juta.

Uang itu digunakan untuk membeli printer kualitas tinggi, mesin sablon, komputer, kertas uang, tinta, dan alat pemotong. Modal terbesar untuk membeli printer yang harganya sekitar Rp 150 juta.

Saat ini, akibat kemajuan teknologi, seorang investor cukup menanamkan Rp 50 juta guna membuat Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri) palsu. Uang itu dibelanjakan untuk membeli printer, komputer, kertas, tinta, alat pemotong, dan mesin cuci.

Mengapa jauh lebih murah? Printer jawabannya. Sekarang, seorang pencetak uang palsu dapat membeli printer berkualitas bagus dengan uang Rp 20 juta-Rp 40 juta. Jauh lebih murah daripada sebelumnya. Bahkan printer yang baru bisa menghemat waktu kerja dalam proses pencetakan uang. Seorang pembuat uang palsu menuturkan, akibat mudah dan murahnya membangun Peruri palsu, semakin banyak yang mendirikan dapur.

Mencetak uang lebih mudah daripada mencari uang. Tanpa belajar pun, dengan sedikit kemampuan komputer, setiap orang dapat melakukannya. Kendalanya hanya dalam memenuhi bahan baku (kertas dan tinta). Untuk itu, dibutuhkan keterampilan dan jaringan khusus. Tidak semua penjual kertas mau menjual bahan baku uang. Tinta yang dapat dilihat dengan money detector atau sinar ultra violet juga hanya dapat ditemukan di pasar gelap.

“Jika suplai bahan baku sudah terjamin, ‘Peruri’ siap berdiri”, ungkap Hamid yang memiliki sebuah dapur di Jakarta. Proses pembuatan dimulai dengan menggambar uang sesempurna mungkin di komputer.

Dua buah gambar dibuat yaitu uang yang terlihat dengan mata telanjang dan bagian dalam uang yang hanya terlihat jika diterawang atau menggunakan sinar ultraviolet.

Jika kedua gambar selesai, uang siap dicetak. Ada beberapa software yang digunakan Hamid untuk menggambar uang. Tahap pertama dimulai dengan mencetak bagian dalam uang seperti tanda air dan tinta pengaman. Dulu, tahap ini tidak bisa menggunakan printer, tapi harus menggunakan sablon. Hasilnya, jauh lebih baik jika menggunakan printer.

Presisi sempurna
Selanjutnya, tahap kedua dimulai. Bagian luar uang dicetak dengan menggunakan printer yang sama. Printer keluaran terbaru memiliki tingkat akurasi dan presisi yang nyaris sempurna, bahkan hasil cetaknya tidak meleset walau satu milimeter. setelah selesai proses pencetakan, dilakukan proses pengasaran agar ketika diraba uang terasa kasar. Pengasaran dengan cara konvensional.

Uang hasil cetakan diapit dengan kertas pasir, lalu digiling. Di sinilah letak kelemahan uang palsu. Uang asli, kekasaran hanya di bagian-bagian tertentu dari uang, sedangkan uang palsu, seluruh permukaannya kasar.

Hamid punya argumentasi soal itu. Siapa yang sempat meraba kekasaran dengan teliti? Yang terpenting dari uang palsu adalah benang air, tulisan yang hanya dapat dilihat dengan sinar ultraviolet dan kesempurnaan gambar serta kertas. Jika itu terpenuhi, uang palsu bisa masuk ke bank. “Saya sudah pernah coba”, tukasnya.

Berikutnya, uang palsu dipotong. Satu lembar kertas ukuran A-4 dapat menghasilkan empat sampai lima uang palsu.

Tergantung pada pecahan yang dicetak. Pemotongan menggunakan mesin yang sangat tajam sehingga hasilnya sempurna. Uang siap diedarkan. Namun pencetak uang palsu memiliki metode baru dalam pemasaran. Uang palsu yang disebar tidak lagi dalam bentuk baru dicetak seperti uang asli dari Bank Indonesia. Mereka terlebih dahulu memasukkan ke dalam mesin cud. setelah beberapa saat uang terlihat lusuh, barulah diedarkan.

Menurut pengakuan para bandit pencetak uang palsu, yang terbanyak mereka produksi adalah pecahan Rp 50 ribu. Biaya produksi pecahan ini paling murah.

Variasi warnanya tidak terlalu banyak, bahan baku yang dibutuhkan berupa tinta maupun kertas tidak sebanyak pecahan Rp lOO ribu.

Lalu dari mana para pembuat mendapatkan kertas uang? Kertas yang digunakan berbeda dengan milik Peruri. Namun jenisnya hampir sama. Untuk pecahan Rp 50 ribu, mereka menggunakan kertas HVS 80 gram. HVS-nya berbeda dengan yang biasa dijual di pasar.

“HVS ini tidak mengkilap dan tidak pendar ketika disinari dengan ultraviolet. Jika ditulis dengan tinta, tintanya tidak pecah atau menyebar. Kalau sudah terbiasa, remain akan mudah memilih jenis kertas”, jelas Hamid sambil memperlihatkan kertas miliknya.

Ia memperoleh kertas uang itu dari distributor kertas biasa. Namun sang distributor tidak mengetahui kertas mana yang digunakan untuk kertas uang. Ukuran kertas awalnya A-O kemudian dipotong menjadi A-4.

Beberapa produsen uang palsu yang ditemui Media Indonesia mengaku mereka merajalela karena belum ada upaya maksimal aparat mencegah pemalsuan.

Printer dapat dibeli bebas di pusat perbelanjaan elektronik. Pernah aparat memergoki transaksi di pasaran. “Namun bisa diatur agar tidak berlanjut sampai ke pengadilan. Lagi pula bukan hanya di kepolisian, agen kami bisa bermain. Jaksa dan hakim pun bisa diatur. Apa pernah mendengar pemalsu uang divonis tinggi?” tantang Hamid.
(Sumber: Media Indonesia, 27 Januari 2008)


3. Rencanakan sebuah diskusi dengan memanfaatkan teks di atas sebagai bahan diskusi! Tentukan pula pihak-pihak yang bertugas dalam diskusi tersebut! Lakukan diskusi tersebut secara berkelompok! Masing-masing kelompok memberikan laporan hasil diskusi yang telah dilakukan!

4. Ungkapkan laporan hasil diskusi yang telah kamu lakukan di depan kelas!

5. Bandingkan hasil laporan dari masing-masing kelompok tersebut baik dari segi substansi maupun format laporan! Lakukan perbandingan tersebut dengan penilaian gurumu!

Komentar