Melisankan Gurindam XII dan Menemukan Nilai Kekhasan dalam Isi dan Diksi

Gurindam adalah salah satu bentuk kesastraan lama yang berasal dari kesastraan Tamil, sebuah daerah di India Selatan. Gurindam masuk ke Indonesia kira-kira pada tahun 100 Masehi. Sebagai salah satu jenis puisi lama, gurindam cukup familiar dalam masyarakat Indonesia. Pada pelajaran kali ini kamu akan belajar untuk melisankan gurindam dan menemukan nilai dalam isi dan diksi yang digunakan dalam gurindam.

Pengarang gurindam yang terkenal adalah Raja Ali Hadji (1847). Beliau adalah saudara sepupu Raja Riau. Buku gurindam karya Raja Ali Hadji terkenal dengan nama Gurindam Duabelas. Buku ini terdiri atas 12 pasal dengan jumlah bait sebanyak 100 buah. Semuanya berisi nasihat, pelajaran, pandangan hidup, dan filsafat. Berikut adalah ciri-ciri dan karakteristik gurindam.
  1. jumlah baris: tiap bait terdiri atas 2 baris,
  2. jumlah suku kata: biasanya 10 sampai 14 suku kata dalam tiap-tiap baris,
  3. sajaknya: berumus a-a, biasanya sajak sempurna, tapi ada pula yang bersajak paruh,
  4. hubungan: gurindam terdiri atas 2 kalimat tunggal yang membentuk kalimat majemuk. Baris (kalimat) pertama merupakan sebab atau alasan, sedangkan baris (kalimat) kedua merupakan akibat atau balasan apa yang tersebut dalam baris (kalimat) yang pertama, dan
  5. isi: senantiasa berupa nasihat, petuah atau filsafat yang mengandung pelajaran bagi manusia.

Menuliskan Gurindam

Mengetahui dan memahami pengertian, ciri serta karakteristik gurindam merupakan syarat mutlak untuk bisa menyusun sebuah gurindam. Gurindam termasuk jenis puisi lama yang berupa dua pernyataan yang ditulis dalam dua baris yang bersajak akhir a-a. Sebagai puisi lama, gurindam merupakan pola pikir sebab-akibat yang dinyatakan dalam dua proposisi yang dihubungkan sebagai kalimat majemuk. Proposisi pertama biasanya merupakan sebab dan proposisi kedua merupakan akibat. Hubungan sebab akitab itu pada dasarnya merupakan hubungan yang ditandai dengan kata jika ..... maka ..... Pada umumnya isi gurindam berkaitan dengan perbuatan atau aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Perhatikan gurindam berikut ini.

Kalau lidah tiada berikat [sebab]
Keluarlah ucap tiada manfaat [akibat]

Bila hidup berpandu hati [sebab]
Kelak pikir tiada berarti [akibat]

Baris pertama gurindam di atas merupakan pernyataan sebab dan baris kedua merupakan akibat. Kedua baris itu berakhir dengan bunyi [t] dan [i] yang menyatakan bahwa gurindam itu bersajak a-a. Nah, sekarang coba tulis sebuah gurindam dengan berpedoman pada pengertian, syarat, dan contoh di atas.

Pembacaan Gurindam

Pembacaan gurindam
Pembacaan gurindam biasanya dilakukan seperti pembacaan puisi lama pada umumnya. Karena gurindam terdiri atas dua pernyataan yang dihubungkan secara subordinatif dengan pola sebab-akibat, pembacaannya juga hampir sama dengan pembacaan kalimat yang berpola seperti itu. Perhatikan contoh gurindam dan kalimat berikut ini dan pikirkan kemungkinan pembacaannya.

(1) Barang siapa meninggalkan salat
Tiadalah hartanya beroleh berkat.

Gurindam itu, dapat diparafrasekan menjadi dua pernyataan yang berhubungan sebab-akibat seperti pada kalimat (2). Pikirkan bagaimana pembacaan kalimat (2) berikut ini dan bandingkan dengan pembacaan gurindam pada contoh (1) di atas.

(2) Jika (siapa pun) meninggalkan salat,
maka hartanya tiada beroleh berkat.

Bandingkan pembacaan gurindam (1) dan kalimat (2) di atas dengan pembacaan contoh kalimat (3) dan (4) berikut.

nada gurindam 1

(3) Jika tidak segera dikerjakan, pekerjaan akan menumpuk.
(4) Jika hujan turun terus-menerus, sungai itu pasti banjir.

Kamu pasti dapat merasakan kesamaan antara intonasi atau lagu pada pembacaan gurindam (1) dan intonasi atau lagu pada pembacaan kalimat (2), (3), dan (4). Pembacaan gurindam itu akan memiliki intonasi yang berbeda dengan kalimat (5) yang memiliki susunan atau struktur yang berbeda berikut ini.

nada gurindam 2

(5) Pekerjaan akan menumpuk jika tidak segera dikerjakan.

Artinya, jika susunan kalimatnya seperti contoh (2), (3), dan (4), pernyataan sebab berakhir dengan nada naik dan pernyataan akibat berakhir dengan nada turun. Hal itu berbeda dengan contoh (5). Pernyataan akibat berakhir dengan nada datar dan pernyataan sebab berakhir dengan nada turun. Perbedaan intonasi itu disebabkan oleh perbedaan susunan atau struktur. Kalimat (2), (3), dan (4) memiliki susunan terbalik, termasuk gurindam pada contoh (1), dan kalimat (5) memiliki susunan biasa atau wajar.

Pembacaan gurindam sebagai karya sastra memang berbeda dengan pembacaan suatu kalimat. Unsur keindahan dalam pembacaan gurindam lebih menonjol daripada dalam pembacaan kalimat. Penekanan, kuat-lemahnya suara, cepat-lambatnya pembacaan dalam pembacaan gurindam lebih mendapatkan perhatian. Di samping itu, unsur-unsur nonverbal seperi mimik muka, gerak anggota badan, sikap atau perilaku, dan pandangan mata juga menjadi pendukung yang kuat terhadap keberhasilan pembacaan gurindam.

Nilai dan Diksi dalam Gurindam

Dalam hal ini, yang dimaksud nilai ialah nilai kehidupan yang di antaranya berkenaan dengan nilai sosial, nilai kepribadian, nilai budaya, nilai adat, nilai tingkah laku, nilai agama, nilai pendidikan, nilai ketuhanan, dan sebagainya. Dalam gurindam, nilai-nilai kehidupan itu di antaranya dinyatakan dengan pilihan kata tertentu. Misalnya, yang terkait dengan nilai-nilai ketuhanan dan atau agama digunakan diksi atau pilihan kata seperti agama, ma’rifat, Allah, Tuhan, bahri, akhirat, mudarat, sembahyang, puasa, zakat, berkat, haji, dan sebagainya. Yang terkait dengan nilai diri dan kepribadian digunakan diksi seperti mata, cita-cita, kuping, jahat, lidah, faedah, tangan, perut, fi’il, ingat, semangat, kaki, berjalan, dan sebagainya. Perhatikan contoh berikut.

(6) Apabila terpelihara lidah
Niscaya dapat daripadanya faedah

(7) Apabila perut terlalu penuh
Keluarlah fi’il yang tiada senunuh

Penggunaan kata lidah atau terpelihara lidah, dan faedah pada gurindam (6) di atas merupakan penanda nilai diri dan kepribadian bahwa apabila seseorang dapat memelihara pembicaraannya, niscaya akan mendapatkan faedahnya. Demikian pula penggunaan kata perut, fi’il, dan senunuh pada gurindam (7) merupakan penanda nilai diri dan kepribadian bahwa apabila seseorang hanya memikirkan perut, tidak sempat memikirkan perbuatannya, sehingga melakukan perbuatan yang tidak senonoh. Jadi, dapat disimpulkan bahwa diksi atau pilihan kata digunakan oleh penulis gurindam untuk menandai pesan-pesan nilai kehidupan yang disampaikan kepada pembaca.

Latihan:
1. Perhatikan dan pahami isi gurindam XII karya Raja Ali Hadji berikut!

Gurindam I

Barang siapa tiada memegang agama,
sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.
Barang siapa mengenal yang empat,
maka ia itulah orang yang ma’rifat
Barang siapa mengenal Allah,
suruh dan tegahnya tiada ia menyalah.
Barang siapa mengenal diri,
maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri.
Barang siapa mengenal dunia,
tahulah ia barang yang teperdaya.
Barang siapa mengenal akhirat,
tahulah Ia dunia mudarat.


Gurindam II

Barang siapa mengenal yang tersebut,
tahulah ia makna takut.
Barang siapa meninggalkan sembahyang,
seperti rumah tiada bertiang.
Barang siapa meninggalkan puasa,
tidaklah mendapat dua termasa.
Barang siapa meninggalkan zakat,
tiadalah hartanya beroleh berkat.
Barang siapa meninggalkan haji,
tiadalah ia menyempurnakan janji.

Gurindam III

Apabila terpelihara mata,
sedikitlah cita-cita.
Apabila terpelihara kuping,
khabar yang jahat tiadalah damping.
Apabila terpelihara lidah,
niscaya dapat daripadanya paedah.
Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan,
daripada segala berat dan ringan.
Apabila perut terlalu penuh,
keluarlah fi’il yang tiada senunuh.
Anggota tengah hendaklah ingat,
di situlah banyak orang yang hilang semangat
Hendaklah peliharakan kaki,
daripada berjaian yang membawa rugi.

Gurindam IV

Hail kerajaan di daiam tubuh,
jikalau lalim segala anggotapun rubuh.
Apabila dengki sudah bertanah,
datanglah daripadanya beberapa anak panah.
Mengumpat dan memuji hendaklah pikir,
di situlah banyak orang yang tergelincir.
Pekerjaan marah jangan dibela,
nanti hilang akal di kepala.
Jika sedikitpun berbuat bohong,
boleh diumpamakan mulutnya itu pekong.
Tanda orang yang amat celaka,
aib dirinya tiada ia sangka.
Bakhil jangan diberi singgah,
itupun perampok yang amat gagah.
Barang siapa yang sudah besar,
janganlah kelakuannya membuat kasar.
Barang siapa perkataan kotor,
mulutnya itu umpama ketur2.
Di mana tahu salah diri,
jika tidak orang lain yang berperi.

Gurindam V

Jika hendak mengenai orang berbangsa,
lihat kepada budi dan bahasa,
Jika hendak mengenal orang yang berbahagia,
sangat memeliharakan yang sia-sia.
Jika hendak mengenal orang mulia,
lihatlah kepada kelakuan dia.
Jika hendak mengenal orang yang berilmu,
bertanya dan belajar tiadalah jemu.
Jika hendak mengenal orang yang berakal,
di dalam dunia mengambil bekal.
Jika hendak mengenal orang yang baik perangai,
lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai.

Gurindam VI

Cahari olehmu akan sahabat,
yang boleh dijadikan obat.
Cahari olehmu akan guru,
yang boleh tahukan tiap seteru.
Cahari olehmu akan isteri,
yang boleh dimenyerahkan diri.
Cahari olehmu akan kawan,
pilih segala orang yang setiawan.
Cahari olehmu akan abdi,
yang ada baik sedikit budi.

Gurindam VII

Apabila banyak berkata-kata,
di situlah jalan masuk dusta.
Apabila banyak berlebih-lebihan suka,
itulah landa hampirkan duka.
Apabila kita kurang siasat,
itulah tanda pekerjaan hendak sesat.
Apabila anak tidak dilatih,
Jika besar bapanya letih.
Apabila banyak mencela orang,
itulah tanda dirinya kurang.
Apabila orang yang banyak tidur,
sia-sia sahajalah umur.
Apabila mendengar akan khabar,
menerimanya itu hendaklah sabar.
Apabila menengar akan aduan,
membicarakannya itu hendaklah cemburuan.
Apabila perkataan yang lemah-lembut,
lekaslah segala orang mengikut.
Apabila perkataan yang amat kasar,
lekaslah orang sekalian gusar.
Apabila pekerjaan yang amat benar,
tidak boleh orang berbuat onar.

Gurindam VIII

Barang siapa khianat akan dirinya,
apalagi kepada lainnya.
Kepada dirinya ia aniaya,
orang itu jangan engkau percaya.
Lidah yang suka membenarkan dirinya,
daripada yang lain dapat kesalahannya.
Daripada memuji diri hendaklah sabar,
biar dan pada orang datangnya khabar.
Orang yang suka menampakkan jasa,
setengah daripada syarik mengaku kuasa.
Kejahatan diri sembunyikan,
kebalikan diri diamkan.
Keaiban orang jangan dibuka,
keaiban diri hendaklah sangka.

Gurindam IX

Tahu pekerjaan tak baik,
tetapi dikerjakan,
bukannya manusia yaituiah syaitan.
Kejahatan seorang perempuan tua,
itulah iblis punya penggawa.
Kepada segaia hamba-hamba raja,
di situlah syaitan tempatnya manja.
Kebanyakan orang yang muda-muda,
di situlah syaitan tempat berkuda.
Perkumpulan laki-laki dengan perempuan,
di situlah syaitan punya jamuan.
Adapun orang tua yang hemat,
syaitan tak suka membuat sahabat
Jika orang muda kuat berguru,
dengan syaitan jadi berseteru.

Gurindam X

Dengan bapa jangan durhaka,
supaya Allah tidak murka.
Dengan ibu hendaklah hormat,
supaya badan dapat selamat.
Dengan anak janganlah lalai,
supaya boleh naik ke tengah balai.
Dengan isteri dan gundik janganlah alpa,
supaya kemaluan jangan menerpa.
Dengan kawan hendaklah adil supaya tangannya jadi kafill.

Gurindam XI

Hendaklah berjasa,
kepada yang sebangsa.
Hendaklah jadi kepala,
buang perangai yang cela.
Hendaklah memegang amanat,
buanglah khianat.
Hendak marah,
dahulukan hajat.
Hendak dimulai,
jangan melalui.
Hendak ramai,
murahkan perangai.

Gurindam XII

Raja muafakat dengan menteri,
seperti kebun berpagarkan duri.
Betul hati kepada raja,
tanda jadi sebarang kerja.
Hukum adil atas rakyat,
tanda raja beroleh anayat.
Kasihan orang yang berilmu,
tanda rahmat atas dirimu.
Hormat akan orang yang pandai,
tanda mengenal kasa dan cindai.
Ingatkan dirinya mati,
itulah asal berbuat bakti.
Akhirat itu terlalu nyata,
kepada hati yang tidak buta.

2. Lisankan gurindam XII tersebut sesuai dengan cara membaca gurindam yang tepat! (Lakukan secara bergiliran).

3. Berikan tanggapan dan komentar atas pembacaan gurindam yang dilakukan oleh temanmu! Sertakan bukti, alasan, dan masukan yang mendukung tanggapan dan komentarmu tersebut!

4. Lakukan identifikasi terhadap pilihan kata yang digunakan dalam gurindam tersebut! Ungkapkan hasil identifikasimu tersebut dengan penjelasan yang memadai!

5. Lakukan identifikasi terhadap isi gurindam untuk menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam gurindam tersebut! Jelaskan keterkaitan nilai-nilai tersebut dengan kehidupan sehari-hari!

Komentar