Sejarah Mikropaleontologi

Tahukah kamu mengenai sejarah mikropaleontologi? Pada artikel kali ini, plengdut.com akan mengulas mengenai sejarah mikropaleontologi ini. Sebelum zaman Masehi, fosil-fosil mikro terutama loraminifera sedikit sekali diketahui. Meskipun demikian filosof-filosof Mesir yang mengembara banyak menulis tentang keanehan-keanehan alam, termasuk fosil-fosil yang dijumpai. Herodotus dan Strabo yang hidup pada abad kelima dan ketujuh sebelum Masehi, mengembara di daerah piramida di Mesir dan menemukan benda-benda aneh berserakan dan mereka mencoba menulis tentang benda-benda aneh tersebut. Mereka berpendapat bahwa benda-benda tersebut merupakan sisa-sisa makanan para pekerja piramida yang telah menjadi keras. Tetapi benda-benda aneh tersebut sebetulnya fosil-fosil Nummulites. Fosil-fosil ini semula terdapat dalam batu gamping berumur Eosen yang digunakan bahan bangunan piramida di negara tersebut.

Setelah periode ini, tidak ada yang menulis tentang fosil mikro, dan baru pada tahun 1546, Agricola menggambarkan benda-benda aneh tersebut sebagai "stone lentils". Gesner pada tahun 1565 menulis tentang sistematika paleortologi.

Pada tahun 1660, Van Leeuwenhoek menemukan mikroskop. Dengan penemuan alat ini maka penyelidikan terhadap fosil mikro mulai berkembang dengan pesat, karena alat tersebut sangat berguna untuk melihat fosil-fosil mikro.

Beccarius pada tahun 1793 untuk pertama kalinya menulis tentang foraminifera yang dapat dilihatnya dengan mikroskop.

Pada tahun 1758 seorang Swedia bernama Linnaeus memperkenalkan tata nama baru dalam bukunya yang berjudul "Systema Naturae". Sebelumnya orang menggunakan banyak nama untuk organisme yang sama. Tata nama baru itu penting karena cara penamaannya lebih sederhana dan sampai sekarang cara tersebut digunakan untuk penamaan binatang maupun tumbuhan pada umumnya.

D'orbigny (1802-1867) juga menulis tentang foraminifera yang ia golongkan ke dalam kelas Chepalopoda. Selain itu ia juga menulis mengenai fosil mikro yang lain seperti Ostracoda, Conodonta dan lain sebagainya. Ia dikenal sebagai bapak mikropaleontologi.

Gambar fosil mikro ostracoda yang diteliti oleh bapak mikropaleontologi D'orbigny
Gambar fosil mikro ostracoda yang diteliti oleh bapak mikropaleontologi D'orbigny
Ehrenberg dalam penyelidikannya mengenai organisme mikro menemukan berbagai jenis ostracoda, foraminifera dan flagellata. Penyelidikan tentang sejarah perkembangan foraminifera dilakukan oleh Carpenter (1862) dan Lister (1894). Selain itu mereka juga menemukan bentuk-bentuk mikrosfir dari cangkang-cangkang foraminifera.

Pada umunya unruk penelitian terhadap fosil radioluria dan ostracoda diperlukan satu mikroskop dengan kekuatan pembesaran 100 kali. Fosil pollen memerlukan pembesaran 1000 kali untuk dapat dilihat strukturnya dengan baik, sedangkan fosil-fosil golongan flagellata dan oczolith memerlukan pembesaran 7500 sampai 10000 kali.

Pada tahun 1927 Cushman menulis untuk pertama kalinya mengenai fosil-fosil foraminifera dan menitikberatkan penelitiannya pada studi determinasi foraminifera, serta menyusun suatu cara sebagai kunci untuk mengenal fosil-fosil foraminifera. Selain itu Jones (1956) juga telah banyak membahas fosil mikro, diantaranya foraminifera, gastropoda, conodonta, ostracoda, spora dan pollen serta kegunaan dari fosil-fosil tersebut. Di samping itu juga dibahas sedikit mengenai ekologinya.

Pada masa sekarang telah banyak ahli mikropaleontologi yang bekerja di laboratorium maupun di lapangan. Dengan perkembangan yang pesat dari perusahaan minyakbumi, dimana banyak digunakan fosil mikro sebagai dasar korelasi berbagai lapisan batuan, maka penelitian fosil mikro mengalami kemajuan yang cepat serta mengakibatkan tumbuhnya bidang khusus dalam ilmu tersebut.

Itulah tadi sepenggalan artikel kali ini mengenai sejarah mikropaleontologi yang plengdut tambahkan pada daftar pustaka online kali ini, semoga bisa lebih bermanfaat dan membantu para pembaca dalam mempelajari ilmu paleontologi ini.

Komentar