Ekskresi Sistem Hewan; Mamalia, Burung, Reptil, Amfibi, Ikan dan Serangga

Bacaan artikel online plengdut mengenai buku pelajaran biologi akan mengulas sistem eksresi yang ada pada hewan terutama pada serangga, amfibi, reptil, ikan, burung, dan juga mamalia. Ekskresi sendiri secara sederhana bisa diartikan sebagai proses dimana pada suatu organisme akan menghilangkan/membuang segala bentuk limbah metabolik beserta bahan kimia yang tidak diinginkan tubuh. Salah satu alasan mengapa harus dibuang yaitu dikarenakan hasil reaksi sisa metabolisme ini biasanya berupa racun bagi tubuh yang harus dibuang atau dihilangkan dari tubuh.

Alasan lain melakukan ekskresi selain membuang racun, bahan hasil metabolisme yang berlebihan di dalam tubuh juga harus dibuang sebagai limbah metabolisme. Sedangkan ekskresi paling banyak dilakukan untuk membuang kelebihan nitroge.

Ekskresi tidak sama dengan buang air besar dimana limbah makanan yang tidak mampu dicerna usus akan dibuang. Akan tetapi, pada sebagian hewan memiliki usus yang ikut berperan dalam ekskresi juga. Agar kalian lebih paham mengenai ekskresi dari hewan ini, mari kita simak pembahasan berikut ini:

A) Ekskresi Serangga 

Buluh Malpighi serangga merupakan bentuk alat eskresi yang digunakan pada serangga. Letaknya dekat bagian usus belakang serangga merupakan posisi dari buluh malpighi ini. Zat sisa hasil pencernaan akan diambil buluh malpighi ini dalam bentuk sebuah cairan dari bagian darah serangga tersebut. Nitrogen yang juga merupakan zat sisa nantinya akan dirubah ke dalam bentuk asam urat oleh buluh malpighi. Setelah menjadi asam urat, maka kemudian akan dikeluarkan dalam bentuk berwujud pasta berwarna putih melalui tubuh serangga.

Letak tubulus malpighi/buluh malpighi serangga
Letak tubulus malpighi/buluh malpighi serangga
Sebutan lain alat ekskresi adalah organ ekskretoris dalam hal ini adalah buluh malpighi/tubulus malphigi serangga. Tubulus malphigi ini adalah bentuk pertumbuhan tambahan dari usus serangga yang menyerupai kantung serta terletak diantara midgut dan hindgut serangga. Sebagai sistem dari ekskresi dan osmoregulatory, sistem tubulus malphigi ditemukan di serangga, myriapods (kelabang, kluwing/kaki seribu, dll), arakhnida (keluarga laba-laba) dan juga tardigrades (water bears/beruang air).

Sistem serangga ini membentang dari percabangan tubulus saluran pencernaan dan menyerap zat terlarut, air, serta limbah dari sekitar hemolymph. Limbah serangga yang diserap tadi kemudian dilepaskan organisme dalam bentuk senyawa nitrogen solid (pasta putih). Sistem serangga tersebut dikenal dengan nama Marcello Malpighi yang diambil dari nama ilmuan anatomi di abad ketujuh belas.

B) Ekskresi Ikan 

Insang ikan dan ginjal ikan menjadi alat ekskresi yang digunakan pada ikan. Limbah nitrogen yang dilepas atau dibuang ikan sebagian besar dalam bentuk amonia. Limbah-limbah sisa metabolisme ini tersebar melalui insang dan sebagian lagi disaring oleh ginjal.

Insang dan ginjal yang merupakan alat untuk eksresi dari ikan
Insang dan ginjal yang merupakan alat untuk eksresi dari ikan 


Urin akan dihasilkan oleh ginjal ikan, biasanya urin tersebut sudah mengandung nitrogen yang dirubah dalam bentuk zat amonia. Sedangkan karbondioksida sisa dari pernapasan akan dikeluarkan oleh insang. Pada ikan laut lebih cenderung kehilangan air karena peristiwa osmosis sehingga ginjal akan mengambil air kembali ke dalam tubuh. Sedangkan hal sebaliknya terjadi pada ikan air tawar. 

Pada saat osmotik, ikan air tawar cenderung mendapatkan air dimana ginjal mereka akan menghasilkan cairan urin untuk eksresi. Beberapa ikan khusus telah melakukan adaptasi pada organ-organ ekskresi mereka dengan variasi yang beragam sehingga memungkinkan bagi ikan-ikan ini untuk berpindah dari air tawar ke air asin.

C) Ekskresi Amfibi 

Eksretoris atau organ yang digunakan sebagai alat untuk ekskresi dari amfibi adalah paru-paru dan ginjal. Amfibi sendiri merupakan jenis vertebrata atau hewan dengan tulang belakang dimana memulai awal hidupnya sebagai organisme air. Saat amfibi mengalami metamorfosis maka paru-paru amfibi akan berkembang sehingga amfibi dewasa akan dapat hidup di darat, di air, maupun di keduanya.

Letak kloaka, ginjal, paru-paru, dan kantung kemih pada kodok yang merupakan alat untuk ekskresi hewan amfibi
Letak kloaka, ginjal, paru-paru, dan kantung kemih pada kodok yang merupakan alat untuk ekskresi hewan amfibi


Ginjal amfibi akan menghasilkan urin dimana urin tersebut akan dibuang melalui kantung kemih menuju kloaka. Kloaka amfibi sendiri berfungsi sebagai saluran kelamin, saluran urin, serta saluran pencernaan. Hasil sisa pernapasan yang biasanya berupa gas karbondioksida akan dibuang melalu paru-paru amfibi. Sama halnya dengan manusia, amfibi memiliki dua ginjal dimana ginjal-ginjal ini akan menyaring limbah dari dalam darah serta mencapurnya dengan air untuk membentuk urin.

Urine ini akan memulai perjalanannya dari ginjal yang kemudian melalui ureter menuju kandung kemih dan terakhir dibuang melalui kloaka. Urin ini akan meninggalkan tubuh amfibi melalui kloaka disaat kandung kemih mulai penuh. Amonia juga merupakan bentuk limbah nitrogen yang paling beracun bagi tubuh amfibi. Perubahan PH amonia ke tingkat basa dalam sel tubuh amfibi sangat bahaya jika dibiarkan tetap di dalam tubuh. Limbah ini nantinya akan dikeluarkan dalam bentuk amonium yang biasanya dilepaskan amfibi di dalam air dan tidak berbahaya bagi lingkungan air dikarenakan sifat amonia yang mudah larut di air dan hilang bersama arus.

D) Ekskresi Reptil 

Paru-paru dan juga ginjal menjadi alat ekskresi yang digunakan reptil. Ginjal akan mengeluarakan zat sisa hasil metabolisme dalam bentuk urin yang nantinya bermuara di kloaka. Karbondiaoksida sendiri nantinya akan dikeluarkan oleh paru-paru.

Paru-paru serta ginjal yang menjadi alat eksresi utama reptil
Paru-paru serta ginjal yang menjadi alat eksresi utama reptil

Uric acid atau zat asam urat merupakan limbah nitrogen utama, pada penyu mengeluarkan urea sama seperti mamalia. Akan tetapi ginjal ginjal reptil tidak seperti ginjal pada mamalia dimana ginjal reptil tidak mampu menghasilkan urin yang lebih pekat daripada cairan tubuh mereka. Hal ini disebabkan karena ginjal dari reptil tidak memiliki struktur khusu yang disebut loop dari henle yang biasanya ada pada burung dan mamalia. Sehingga sebagian besar reptil akan menggunakan usus besar mereka guna reabsorbsi air. Beberapa reptil lainnya juga memiliki kemampuan mengambil kembali air yang tersimpan di dalam kandung kemih. Kelebihan garam akan di ekskresi oleh hidung dan kelenjar garam lingual reptil.

E) Ekskresi Burung 

Burung memiliki alat ekskresi berupa paru-paru serta ginjal dimana ginjal akan mengeluarkan limbah nitrogen dalam bentuk uric acid atau asam urat. Seperti pada serangga, asam yang dikeluarkan atau dibuang burung ini akan berwarna putih serta berwujud pasta. Sisa pernapasan berupa karbondioksida dibuang dan dikeluarkan oleh paru-paru.

Eksretoris burung
Eksretoris burung


Kelebihan garam biasanya akan dikeluarkan burung melalui bagian lubang hidung pada paruh burung. Sedangkan pada jenis burung laut biasanya larutan garam akan dikeluarkan melalui kelenjar garam nasal khusus burung.

F) Ekskresi Mamalia 

Ekskresi pada mamalia umumnya sama dengan eksresi pada manusia dimana terjadi pembentukan urin pada ginjal serta membuang karbondioksida dari paru-paru, produk limbah ini dibuang melalui napas dan buang air kecil. Apabila ekskresi pada suatu organisme tidak bekerja dengan baik, maka limbah sisa metabolisme yang umumnya bersifat racun ini akan menumpuk dalam tubuh organisme tersebut dan akhirnya akan menyebabkan kematian.

Komentar