Apa Yang Dimaksud Dengan Benteng Stelsel Bagaimana Pelaksanaannya?

Pengertian

Benteng Stelsel adalah sistem strategi pertahanan perang Belanda berupa benteng pertahanan dilengkapi infrastruktur guna memberi ruang gerak cepat pasukan taktis Belanda saat berperang. Jenderal Hendrik Merkus de Kock adalah pencetus siasat benteng stelsel ini.

Dalam pelaksanaannya, taktik perang benteng stelsel adalah tidak disetujui oleh de Gisignies - Gubernur Jenderal Hindia Belanda. de Gisignies menilai rancangan perang stelsel pelaksanaannya terlalu banyak memakan biaya juga membutuhkan pekerja dalam jumlah besar untuk membangunnya. Akan tetapi tuntutan agar bisa menyelesaikan perang secara cepat maka metode pertahanan stelsel tetap digunakan.

Penerapan Benteng Stelsel

Belanda saat itu menerapkan apa yang disebut benteng stelsel saat perang melawan pasukan Diponegoro. Pelaksanaannya dengan cara:
  • Mendirikan benteng di daerah yang telah direbut Belanda,
  • Tiap kubu sisi pertahanan dibangun jembatan atau jalan,
  • Jalan / jembatan tadi dimanfaatkan untuk mempercepat gerak pasukan Belanda serta memudahkan komunikasi antar pasukan saat diserang,
  • Penerapan tenaga kerja paksa besar-besaran buat mendirikan benteng,
  • Selain sebagai pertahanan, keberadaan infrastruktur tadi mampu membatasi gerakan musuh.

Efektifitas pelaksanaannya saat perang Diponegoro mampu menjepit gerakan pasukan tempur Diponegoro sebatas Bogowonto dan Kali Progo, sehingg sistem pertahanan tersebut pelaksanaannya digunakan kembali saat perang Padri.

Apa Definisi Istilah Stelsel?

Stelsel (Dutch) adalah diartikan sebagai sistem, sedangkan bahasa Indonesia stelsel adalah pola, susunan, sistem, tata, jaringan. Sehingga benteng stelsel bisa diartikan sebagai pertahanan benteng tersistem, benteng tertata, pola benteng, maupun susunan benteng dimana berarti telah tersusun maupun tersistem dalam hal strategi dengan poa-pola tertentu sebagai fungsi bertahan.

Dari penjelasan point-point cara pelaksanaannya diatas, benteng ini memang tidak sembarangan dibuat. Bahkan sejarah mencatat, semenjak kolonial Belanda menggunakan stelsel, pasukan Diponegoro mengalami banyak kekalahan. Para pemimpin pun banyak ditangkap & ditawan, sebut saja seperti:
  1. Pageran Suryo Mataram
  2. Pangeran Serang
  3. Ario Prangwadono
  4. Pangeran Notoprojo
  5. Kyai Maja menyerah kepada de Kock
  6. Basyah Prawirodirdjo setahun setelahnya.

Perkembangan Benteng

Dalam Perang Diponegoro, pada tahun 1827 strategi ini mulai diterapkan, untuk dapat mempersempit kedudukan Pangeran Diponegoro, maka dibangun benteng di Semarang, kemudian Ambarawa, Muntilan, Kulon Progo, dan Magelang. Penerapan dari taktik ini kemudian menghasilkan sekitar 165 benteng-benteng baru tersebar di Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur. Banyaknya benteng baru dibangun Belanda dalam perang ini tidak lepas dari taktik gerilya yang diterapkan oleh Pangeran Diponegoro serta posisi komandonya yang selalu berpindah tempat.
Dalam Perang Diponegoro, pada tahun 1827 strategi ini mulai diterapkan, untuk dapat mempersempit kedudukan Pangeran Diponegoro, maka dibangun benteng di Semarang, kemudian Ambarawa, Muntilan, Kulon Progo, dan Magelang. Penerapan dari taktik ini kemudian menghasilkan sekitar 165 benteng-benteng baru tersebar di Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur. Banyaknya benteng baru dibangun Belanda dalam perang ini tidak lepas dari taktik gerilya yang diterapkan oleh Pangeran Diponegoro serta posisi komandonya yang selalu berpindah tempat.


Pengaruh strategi ini berhasil mempersempit pergerakan pasukan Pangeran Diponegoro. Sampai tahun 1828 beberapa panglima perang Pangeran Diponegoro mulai banyak ditangkap oleh Belanda, kemudian pada tahun 1829 banyak yang mulai menyerah. Puncaknya Pangeran Diponegoro ditangkap tanggal 28 Maret 1830 di Magelang, dan perang di Jawa kemudian dianggap selesai.

Ketika Belanda kembali melanjutkan ekspansi kolonialisasinya di Sumatra. Dalam Perang Padri, taktik pelaksanaannya kembali diterapkan, setelah menguasai Bukit tinggi kemudian Belanda membangun sebuah benteng Fort de Kock, adalah didedikasikan pada Hendrik Merkus de Kock, pelopor Stelsel. Pendirian pertahanan ini berhasil mempersempit gerakan perlawanan Kaum Padri, kemudian dari pelaksanaanya benteng ini Belanda membangun jalur jalan ke Bonjol supaya memudahkan mobilisasi pasukannya dalam menaklukan markas utama Tuanku Imam Bonjol, dan pada tanggal 16 Agustus 1837 Benteng Bonjol pun secara keseluruhan dapat ditaklukkan Belanda.