Faktor Klasifikasi Lingkungan Ternak, Abiotik dan Biotik

Ditinjau dari bidang peternakan pada umumnya, dunia ini dikelompokkan ke dalam enam klasifikasi lingkungan hidup. Penggolongan ini dibuat berdasarkan klasifikasi kehidupan tumbuhan dan hewan (klasifikasi flora dan fauna) yang dominan menghuni setiap kawasan lingkungan. Ke enam lingkungan kehidupan tersebut adalah:
  1. kawasan tundra,
  2. hutan dominan pohon berdaun jarum, seperti pohon pinus,
  3. daerah hutan bermusim,
  4. hutan tropis basah,
  5. padang rumput, dan
  6. padang pasir.

Karakteristik ke enam kelompok lingkungan hidup tersebut dapat dilihat pada Tabel. Ke enam klasifikasi jenis lingkungan hidup tersebut yang mempunyai faktor karakteristik iklim tertentu pada umumnya dihuni oleh jenis hewan ternak tertentu yang kelangsungan hidupnya tergantung pada komponen-komponen lingkungan di sekitarnya.

Pada postingan sebelumnya telah disebutkan bahwa terdapat banyak faktor/komponen lingkungan yang menentukan kelangsungan hidup ternak dan mempengaruhi berbagai bentuk aktivitas kehidupan ternak. Namun, komponen-komponen tersebut pada dasarnya dapat diklasifikasikan ke dalam faktor fisik lingkungan, faktor kimia lingkungan, faktor biologi lingkungan dan sosial. Berdasarkan klasifikasi aspek kehidupan, faktor lingkungan tersebut dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu lingkungan abiotik dan biotik.
Pada postingan sebelumnya telah disebutkan bahwa terdapat banyak faktor/komponen lingkungan yang menentukan kelangsungan hidup ternak dan mempengaruhi berbagai bentuk aktivitas kehidupan ternak. Namun, komponen-komponen tersebut pada dasarnya dapat diklasifikasikan ke dalam faktor fisik lingkungan, faktor kimia lingkungan, faktor biologi lingkungan dan sosial. Berdasarkan klasifikasi aspek kehidupan, faktor lingkungan tersebut dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu lingkungan abiotik dan biotik.


Lingkungan Abiotik

Secara umum, lingkungan abiotik peternakan adalah semua klasifikasi unsur lingkungan yang tidak bernyawa yang bersifat fisik, kimia, dan sosial dari seekor ternak dan terdapat di sekitar tempat ternak tersebut hidup dengan segala bentuk aktivitas kehidupannya. Contoh unsur lingkungan abiotik adalah lahan, air, kandang ternak, dan nilai-nilai sosial budaya dan agama. Unsur-unsur abiotik tersebut berinteraksi secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi performans ternak. Oleh karena itu, segala bentuk kehidupan ternak sangat tergantung kepada unsur-unsur klasifikasi tersebut.

Tabel Karakteristik Lingkungan Hidup di Belahan Dunia

Kehidupan
Lokasi
Klimat
Tumbuhan Dominan
Hewan Berkuku Dominan
Tundra

Di atas 60°LU

Kutub Utara: kering, dingin suhu -70-15°C
Tak berpohon, vegetasi rendah

"Kerbau" anjing salju, rusa salju
Hutan pinus

Di Selatan daerah tundra, Amerika Utara, Eurasia

Dingin, sama dengan daerah tundra

Pohon berdaun hijau sepanjang tahun; pohon cemara (spruce, pine, fir), cedar

Hewan besar
(tikus, elk, rusa)
Daerah hutan bermusim

Eropa Tengah bagian Utara, Amerika Utara

Musim: panas lembab, dingin

Pohon berdaun lebar dan gugur musiman (oak, elm, maples, hickory)

Rusa
Tropis basah

Afrika Tengah, Asia Tenggara, Amerika Tengah, Amerika Selatan.

Tropi: panas lembab, perubahan musim kecil

Aneka ragam pohon campuran tumbuhan merambat dan memanjat, tumbuhan menempel di pohon
Rusa, antilop, babi
Padang rumput

Eurasia Tengah bagian Utara (stenape),
Afrika Tengah dan Selatan bagian Utara (savanah), Rusia tengah, Amerika Selatan bagian Tengah, dan Australia Utara

Panas (summer) dingin (winter)

Rerumputan, leguminosa dan campuran (komposit)

Bison, antilop, hewan bertanduk
Padang pasir

Afrika Utara, Australia tengah, Amerika Selatan bagian Barat, Rusia Barat Daya, Meksiko









1. Lahan

Setiap bentuk usaha peternakan tidak terlepas dari penggunaan lahan atau tanah. Usaha peternakan dan kondisi lahan saling mempengaruhi satu sama lain. Ternak yang dipelihara sangat tergantung dari kondisi lahannya, baik dari segi bentang lahan, fisik, kualitas dan lokasinya. Umumnya, jenis lahan yang cocok untuk usaha peternakan adalah lahan terbuka dengan padang rumput yang potensial.

2. Air

Air, secara kualitas dan kuantitas sangat menentukan kehidupan, kesehatan dan produksi ternak. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ternak dapat hidup selama lebih kurang 100 hari tanpa makanan, tetapi ternak akan mati dalam 5 sampai 10 hari tanpa air minum. Air masuk ke dalam tubuh ternak melalui air minum dan makanan. Air dalam tubuh hewan ternak mempunyai fungsi utama untuk metabolisme dan beberapa fungsi lainnya yang menunjang proses produksi dan reproduksi ternak.

3. Radiasi

Radiasi sinar diperinci menurut panjang gelombang, yakni berikut ini.
  • Sinar ultraviolet (UV) dengan panjang gelombang 0,25-0,38 um.
  • Sinar visibel dengan panjang gelombang 0,38-0,78 um.
  • Sinar infra merah dengan panjang gelombang 0,78-100 um.

Radiasi lingkungan udara luar berasal dari dua sumber utama, yakni
Radiasi sinar diperinci menurut panjang gelombang, yakni berikut ini.
  • Suhu surya yang tinggi sebagai satu titik sumber di langit.
  • Radiasi termal dari tanah, pepohonan, kabut dan atmosfer, suhu permukaan bumi, keadaan permukaan bumi, cerah langit, debu, kabut, uap air dan konsentrasi karbondioksida (CO2).

4. Musim

Di Indonesia, faktor yang kita hadapi dan perlu kita perhatikan adalah musim hujan dan musim kering. Meskipun dalam penggolongan lingkungan hidup dunia, tidak ada penggolongan tropika kering, namun kenyataannya kita memilikinya. Indonesia memiliki dua klasifikasi tipe wilayah, yakni wilayah tropika basah dan wilayah tropika kering.

5. Kandang

Kandang merupakan faktor lingkungan fisik yang harus diperhatikan karena berkaitan dengan tingkat produksi ternak dan kesehatan, baik kesehatan ternak yang bersangkutan maupun kesehatan lingkungan. Untuk itu, kandang ternak harus dirancang sedemikian rupa supaya dapat bermanfaat sesuai dengan fungsinya. Luas dan besarnya kandang tergantung kepada jumlah ternak yang dipelihara dan jenis hewan ternaknya.

Fungsi kandang bagi ternak adalah sebagai berikut.
  • Melindungi ternak dari pengaruh panas pada siang hari dan dingin pada malam hari.
  • Melindungi ternak dari perubahan cuaca, hujan, angin, dan lain sebagainya.
  • Melindungi ternak dari gangguan, baik dari hewan lain maupun pencuri.
  • Merupakan tempat bersosialisasi bagi ternak.
  • Merupakan tempat melakukan aktivitas produksi dan reproduksi.
  • Membatasi hewan ternak dengan lingkungan sekitarnya agar tidak terjadi pencemaran lingkungan.

6. Sosial Budaya

Usaha peternakan perlu memperhatikan nilai-nilai sosial budaya dan agama yang ada di lingkungan tersebut. Jika nilai-nilai tersebut tidak diperhatikan maka akan dapat menimbulkan konflik dengan masyarakat di sekitarnya, misalnya walaupun suatu daerah cocok untuk usaha peternakan babi, tetapi jika nilai sosial budaya dan agama tidak sesuai maka faktor tersebut harus dipertimbangkan dengan baik supaya tidak terjadi konflik yang tidak diinginkan.

Lingkungan Biotik

Sebagaimana halnya lingkungan abiotik, lingkungan biotik juga sangat menentukan tingkat keberhasilan dan kelangsungan suatu usaha peternakan. Hal yang termasuk klasifikasi lingkungan biotik adalah semua unsur hayati yang terdapat di sekitar ternak, misalnya tumbuh-tumbuhan dan hewan lain. Jika salah satu ataupun lebih faktor lingkungan biotik berinteraksi secara tidak seimbang maka akan terjadi ketimpangan pada faktor lain. Oleh sebab itu, untuk meminimalkan pengaruh faktor fisik terhadap ternak maka pemanfaatan teknologi sangat dianjurkan.

1. Tumbuh-tumbuhan

Rumput sebagai tumbuhan mempunyai arti ekonomis yang sangat penting dalam peternakan ternak herbivor, sebagai contoh sapi potong dan perah, kerbau, kambing, dan domba di Indonesia. Walaupun pemberian konsentrat merupakan hal yang tidak asing dalam usaha peternakan sapi potong, tetapi rumput masih merupakan bahan makanan utama. Tumbuhan hutan, budidaya maupun yang belum dibudidayakan, gulma, dan tumbuhan laut banyak sumbangannya bagi ternak.

2. Hewan Lain

Maksud dari hewan lain di sini adalah klasifikasi hewan yang sejenis dan tidak sejenis, misalnya ayam, tikus, kucing dan burung. Ayam kampung yang tidak dipelihara dalam kandang dan berkeliaran di sekitar suatu usaha peternakan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap ayam yang dipelihara dalam kandang. Dampak yang ditimbulkan oleh hewan lain terhadap suatu usaha peternakan, misalnya penularan penyakit, pemangsaan.