Angklung & Daeng Soetigna: Pencipta Angklung Diatonik

Angklung adalah alat musik tradisional asal Indonesia berbahan bambu yang menjadi ciri khas alat musik asli dari daerah Jawa Barat. Bahkan angklung tertua dengan nama angklung gubrag yang dibuat di Bogor daerah Jasinga masih ada hingga saat ini dengan perkiraan usia angklung mencapai sekitar 400 tahun. Akan tetapi jika kita berbicara tentang angklung, tentunya tidak akan lepas dari Daeng Soetigna.


Siapakah sosok Bapak Soetigna?

Seiring dengan perjalanan waktu, saat ini angklung tidak hanya dikenal di Indonesia, namun angklung merambah hingga ke berbagai belahan dunia. Bahkan di Australia terdapat salah satu komunitas angklung yang masih terus eksis ditengah kemajuan era teknologi yang pesat saat ini.

Pada awalnya, angklung memiliki nada pentatonis, kemudian sekitar akhir abad ke 20 diciptakan angklung dengan dasar skala suara diatonis dari karya tangan Daeng Soetigna. Tidak hanya itu saja, tepatnya pada bulan November, tanggal 12, tahun 1946 Soetigna si pencipta angklung mendapatkan kesempatan memainkan angklung ciptaan beliau pada perundingan Linggarjati dimana dihadiri oleh tokoh-tokoh mancanegara.

Soetigna Diatas panggung: Daeng Soetigna asik memanikan angklung angklung ciptaannya
Soetigna Diatas panggung: Daeng Soetigna asik memanikan angklung angklung ciptaannya


Para peserta perundingan-Linggarjati pun terkesan dan terpukau oleh permainan angklung diatonis yang dimainkan Soetigna. Tidak hanya itu saja, tepatnya tahun 1955 Soetigna kembali diminta mengadakan konser angklung di acara Konfrensi Asia Afrika yang diadakan di Gedung Merdeka Bandung.

Bersama angklung diatonis miliknya, Soetigna sering diminta tampil pada acara-acara kenegaraan bahkan Soetigna pernah tampil juga dalam acara World Fair di kota New York Amerika Serikat. Keliling Malaysia dalam pertunjukan muhibah juga pernah dilakukan Soetigna di tahun 1967.

Soetigna wafat di Bandung tanggal 8 April 1984. Kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cikutra Bandung. Tepatnya 6 November 2007, dikeluarkan Keppres No.69/TK/2007 pemerintah Indonesia memberikan gelar pahlawan kepada Daeng Soetigna atas jasa-jasanya yang telah mengharumkan nama bangsa Indonesia di berbagai acara kongres kenegaraan serta berkat beliau juga saat ini angklung terkenal di berbagai mancanegara.


Perkembangan Angklung

Keberhasilan Soetigna dalam memperkenalkan angklung sebagai alat musik asli Indonesia ke mata mancanegara membuat angklung ikut meramaikan bisnis hiburan. Pada tahun 1966, salah satu siswa Soetigna yaitu Udjo Ngalagena mengembangkan angklung berdasarka sistem nada skala musik sunda seperti salendro, pelog, dan madenda.

Komentar