Menganalisis Puisi pada Periode Tertentu

Periodisasi Sastra Indonesia
Melakukan analisis terhadap karya sastra merupakan salah satu bentuk kegiatan apresiatif dalam memahami isi dan unsur-unsur yang melatarbelakangi lahirnya karya sastra. Pada pelajaran kali ini kamu akan belajar untuk melakukan analisis terhadap puisi yang dianggap penting pada periode tertentu untuk menemukan standar budaya yang dianut masyarakat pada periode tersebut.

Secara umum, puisi diartikan sebagai salah satu jenis karya sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Pada praktiknya, puisi itu merupakan bentuk yang sangat kompleks, kompleksitas itu ditunjukkan tidak saja dalam penggunaan bahasa saja namun juga unsur pencitraan, penggunaan majas serta aspek budaya yang metarbelakangi penciptaan tersebut. Memahami puisi berarti melakukan analisis terhadap kompleksitas puisi tersebut. Coba perhatikan contoh analisis struktural isi puisi karya Amir Hamzah berikut!

PADAMU JUA
Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
Pulang kembali aku padamu
Seperti dahulu
Kaulah kandil kemerlap
Pelita jendela di malam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia selalu
Satu kekasihku
Aku manusia
Rindu rasa
Rindu rupa
Di mana engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya kata merangkai hati
Engkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu
Bertukar tangkap dengan lepas
Nanar aku, gila sasar
Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik menarik ingin
Serupa dara di balik tirai
Kasihmu sunyi
Menunggu seorang diri
Lalu waktu - bukan giliranku
Mata hati - bukan kawanku ...

Puisi di atas merupakan jenis monolog si aku pada kekasihnya. Berikut adalah parafrase dari puisi Padamu Jua. Segala cinta si aku (pada kekasihnya yang baru) habis terkikis, tak bersisa, hilang terbang sebagai halnya burung yang lepas. Maka si aku pulang kembali pada kekasihnya yang lama. Kata “pulang” (bait 1 larik 3) menginformasikan bahwa si aku kembali dari penggembaraan mencari cinta yang lain. Padahal di rumah kekasih lamanya tetap menunggunya.

Kekasih yang lama itu begitu mempesona bagaikan lilin yang menyala dan dapat menerangi hati si aku (bait 2 larik1-2) dan dengan kesabaran dan kesetiaan memanggil si aku untuk pulang. Namun terdapat satu hal yang perlu dinyatakan pada kekasihnya yaitu si aku sebagai manusia, yang terdiri atas rangkaian tulang, daging, dan dilengkapi dengan pancaindera yang bisa meraba, merindukan rupa: wujud yang dapat dilihat dengan mata kepala. Si engkau, kekasihnya itu, tiada berupa, gaib dari pengelihatan, suaranya sayup-sayup sampai. Yang dapat dialami secara nyata si aku hanya kata-kata yang merangkai hati, yang menyenangkan atau mengharukan hati, atau malah hanya bersifat verbal saja, tanpa wujud. Kalau si engkau yang gaib ini diumpamakan wujud Tuhan, maka kata yang merangkai hati ini adalah nama Tuhan atau kata-kata dalam kitab suci sebagai firman Tuhan. Jadi kekasih yang dimaksud dalam puisi di atas adalah Tuhan. Berdasarkan hal itu, rupanya menurut si aku orang hanya dapat menemui Tuhan secara langsung bila sudah mati. Si aku tetap tak dapat menemui Tuhan karena masih hidup. Analisis struktural terhadap puisi di atas merupakan satu dari sekian jenis analisis yang bisa dilakukan dalam memahami puisi secara keseluruhan.

Latihan:
1. Baca dan pahami isi puisi berikut secara apresiatif! Selanjutnya lakukan identifikasi dan analisis terhadap unsur-unsur yang ada dalam puisi tersebut!

Kopi
(Karya Nirwan Dewanto)

Di tangan lelaki itu, kami coba bersabar.
Namun betapa cangkir itu gemetar
oleh tubuh kami, gairah kami
yang luas seperti langit Potosi.

Menuju kami wajah lelaki itu.

Kami akan naik ke mulut lelaki itu,
aku dan kembaranku,
aku dan seteruku:
kami akan berpisah selepas leher lelaki itu:
dia ke arah malam di usus besarnya
aku ke arah matahari di peparunya.

Tak sabar lidah lelaki itu.

Namaku arus kali atau bakal salju
sebelum lelaki itu merengkuh seteruku
yang lebih hitam dari pasir pesisir
dan lebih wangi dari lavender terakhir,

dan aku betina, bening. Betapa lelaki itu
mengaduk si serbuk jantan ke dalamku.

Oleh bahang lelaki itu, aku dan seteruku
seperti tak terpisahkan lagi, tetapi

di dasar cangkir, dia sekadar bayanganku,
dan di bibir cangkir, kembaranku.

Di bawah tatapan lelaki itu
kuajari dia melayang mencari terang.
Tapi menggelayuti seluruh tubuhku dia
membutakan mataku hanya.
Kukatakan pada dia, baiklah
kita akan berpisah (mungkin aku kalah)
setelah menaklukkan lidah

lelaki itu. Tapi kami cuma bisa bertarung,
bersetubuh, (makin pahit), membumbung

menghujani bentang koran pagi
yang terkulai di pangkuan lelaki itu.

Penderita insomnia lelaki itu.

(2007)
(Sumber: Kompas, 2 Maret 2008)


2. Cari dan lakukan identifikasi terhadap puisi yang ditulis berdasarkan periodisasi di Indonesia? Selanjutnya pilih salah satu puisi tersebut! (Kerjakan berkelompok, sehingga tiap kelompok bisa mewakili masing-masing periodisasi sastra di Indonesia).
3 Setelah menemukan puisi yang telah disepakati, lakukan analisis terhadap puisi tersebut, baik dari segi substansi maupun dari sistematika penulisan puisi! Sertakan bukti dan alasan yang mendukung analisis yang kamu lakukan!
4 Kemudian diskusikan bersama analisis puisi berdasarkan periodisasi yang sama! Selanjutnya tarik sebuah kesimpulan tentang ciri-ciri dan karakteristik karya puisi pada periode tertentu berdasarkan analisis yang kamu lakukan!

5. Ungkapkan hasil analisis secara menyeluruh tentang ciri-ciri dan karakteristik puisi periode tertentu dan sertakan dukungan argumentatif yang mendukung! Gabungkan hasil analisis kelompokmu dengan kelompok lain sehingga dapat ditemukan ciri atau karakteristik tiap-tiap periode!

Komentar